Rabu, 26 Mei 2010
Cinta dan Benci
Rabu, 16 Desember 2009
Banggalah jadi sosok Wanita
Selasa, 15 Desember 2009
Laki-laki adalah Pemimpin
Senin, 19 Oktober 2009
Secercah Cahaya Ilahi
Selasa, 08 September 2009
Laylat Al-Qadr
Penempatan dan perurutan surah dalam Al-Quran dilakukan langsung atas perintah Allah SWT, dan dari perurutannya ditemukan keserasian-keserasian yang mengagumkan.
Kalau dalam surah Iqra', Nabi saw. diperintahkan (demikian pula kaum Muslim) untuk membaca dan yang dibaca itu antara lain adalah Al-Quran, maka wajarlah jika surah sesudahnya --yakni surah Al-Qadr ini-- berbicara tentang turunnya Al-Quran dan kemuliaan malam yang terpilih sebagai malam Nuzul Al-Qur'an (turunnya Al-Quran).
Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan. Salah satu di antaranya adalah Laylat Al-Qadr -- satu malam yang oleh Al-Quran dinamai "lebih baik daripada seribu bulan".
Tetapi, apa dan bagaimana malam itu? Apakah ia terjadi sekali saja yakni pada malam ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu atau terjadi setiap bulan Ramadhan sepanjang sejarah? Bagaimana kedatangannya, apakah setiap orang yang menantinya pasti akan mendapatkannya? Benarkah ada tanda-tanda fisik material yang menyertai kehadirannya (seperti membekunya air, heningnya malam dan menunduknya pepohonan, dan sebagainya)? Masih banyak lagi pertanyaan yang dapat dan sering muncul berkaitan dengan malam Al-Qadr itu.
Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap Muslim berdasarkan pernyataan Al-Quran, bahwa "Ada suatu malam yang bernama Laylat Al-Qadr" (QS 97:1) dan bahwa malam itu adalah "malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan" (QS 44:3).
Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena Kitab Suci menginformasikan bahwa ia diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan (QS 2:185) serta pada malam Al-Qadr (QS 97:1). Malam tersebut adalah malam mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Ini diisyaratkan oleh adanya "pertanyaan" dalam bentuk pengagungan, yaitu Wa ma adraka ma laylat Al-Qadr.
Tiga belas kali kalimat ma adraka terulang dalam Al-Quran. Sepuluh di antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang terkait dengan hari kemudian, seperti Ma adraka ma Yawm Al-Fashl, ... Al-Haqqah .. 'illiyyun, dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan hal yang tidak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia, kalau enggan berkata mustahil dijangkaunya. Dari ketiga belas kali ma adraka itu terdapat tiga kali yang mengatakan: Ma adraka ma al-thariq, Ma adraka ma al-aqabah, dan Ma adraka ma laylat al-qadr.
Kalau dilihat pemakaian Al-Quran tentang hal-hal yang menjadi objek pertanyaan, maka kesemuanya adalah hal-hal yang sangat hebat dan sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal pikiran manusia. Hal ini tentunya termasuk Laylat Al-Qadr yang menjadi pokok bahasan kita, kali ini.
Walaupun demikian, sementara ulama membedakan antara pertanyaan ma adraka dan ma yudrika yang juga digunakan oleh Al-Quran dalam tiga ayat.
Wa ma yudrika la 'alla al-sa'ata takunu qariba (Al-Ahzab: 63)
Wa ma yudrika la'alla al-sa'ata qarib ... (Al-Syura:17)
Wa ma yudrika la allahu yazzakka (Abasa: 3).
Dua hal yang dipertanyakan dengan wa ma yudrika adalah pertama menyangkut waktu kedatangan hari kiamat dan kedua apa yang berkaitan dengan kesucian jiwa manusia.
Secara gamblang, Al-Quran --demikian pula Al-Sunnah-- menyatakan bahwa Nabi saw. tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak pula mengetahui tentang yang gaib. Ini berarti bahwa ma yudrika digunakan oleh Al-Quran untuk hal-hal yang tidak mungkin diketahui walaupun oleh Nabi saw. sendiri. Sedangkan wa ma adraka, walaupun berupa pertanyaan, namun pada akhirnya Allah SWT menyampaikannya kepada Nabi saw., sehingga informasi lanjutan dapat diperoleh dari beliau.
Itu semua berarti bahwa persoalan Laylat Al-Qadr harus dirujuk kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw., karena di sanalah dapat diperoleh informasinya.
Kembali kepada pertanyaan semula, bagaimana tentang malam itu? Apa arti malam Al-Qadr dan mengapa malam itu dinamai demikian? Di sini ditemukan berbagai jawaban.
Kata qadr sendiri paling tidak digunakan untuk tiga arti:
1.Penetapan dan pengaturan sehingga Laylat Al-Qadr dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan firman Allah pada surah 44:3 yang disebut di atas. Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun. Al-Quran yang turun pada malam Laylat Al-Qadr diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad saw., guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
2.Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Kata qadr yang berarti mulia ditemukan dalam ayat ke-91 surah Al-An'am yang berbicara tentang kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihi idz qalu ma anzala Allahu 'ala basyarin min syay'i (Mereka itu tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia).
3.Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surah Al-Qadr: Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Kata qadr yang berarti sempit digunakan oleh Al-Quran antara lain dalam ayat ke-26 surah Al-Ra'd: Allah yabsuthu al-rizqa liman yasya' wa yaqdiru (Allah melapangkan rezeki bagi yang dikehendaki dan mempersempitnya [bagi yang dikehendaki-Nya]).
Ketiga arti tersebut, pada hakikatnya, dapat menjadi benar, karena bukankah malam tersebut adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka ia menetapkan masa depan manusia, dan bahwa pada malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan? Namun demikian, sebelum melanjutkan pembahasan tentang hakikat dan hikmah Laylat Al-Qadr, terlebih dahulu akan dijawab pertanyaan tentang kehadirannya, apakah setiap tahun atau hanya sekali, yakni ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu.
Dari Al-Quran kita menemukan penjelasan bahwa wahyu-wahyu Allah itu diturunkan pada Laylat Al-Qadr, tetapi karena umat sepakat mempercayai bahwa Al-Quran telah sempurna dan tidak ada lagi wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad saw., maka atas dasar logika itu, ada yang berpendapat bahwa malam mulia itu sudah tidak akan hadir lagi. Kemuliaan yang diperoleh oleh malam tersebut adalah karena ia terpilih menjadi waktu turunnya Al-Quran. Pakar hadis, Ibnu Hajar, menyebutkan satu riwayat dari penganut paham di atas yang menyatakan bahwa Nabi saw. pernah bersabda bahwa malam qadr sudah tidak akan datang lagi.
Pendapat tersebut ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al-Quran serta sekian banyak teks hadis yang menunjukkan bahwa Laylat Al-Qadr terjadi pada setiap bulan Ramadha.n. Bahkan, Rasul saw. menganjurkan umatnya untuk mempersiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khusus pada malam-malam gazal setelah berlalu dua puluh hari Ramadhan.
Memang, turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu terjadi pada malam Laylat Al-Qadr, tetapi itu bukan berarti bahwa malam mulia itu hadir pada saat itu saja. Ini juga berarti bahwa kemuliaannya bukan hanya disebabkan karena Al-Quran ketika itu turun, tetapi karena adanya faktor intern pada malam itu sendiri. Pendapat tersebut dikuatkan juga dengan penggunaan bentuk kata kerja mudhari' (present tense) pada ayat, Tanazzal al-mala'ikat wa al-ruh, kata Tanazzal adalah bentuk yang mengandung arti kesinambungan, atau terjadinya sesuatu pada masa kini dan masa datang.
Nah, apakah bila ia hadir, ia akan menemui setiap orang yang terjaga (tidak tidur) pada malam kehadirannya itu? Tidak sedikit umat Islam yang menduganya demikian. Namun, dugaan itu --hemat penulis-- keliru, karena itu dapat berarti bahwa yang memperoleh keistimewaan adalah yang terjaga baik untuk menyambutnya maupun tidak. Di sisi lain, ini berarti bahwa kehadirannya ditandai oleh hal-hal yang bersifat fisik material, sedangkan riwayat-riwayat demikian tidak dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Dan seandainya, sekali lagi seandainya, ada tanda-tanda fisik material, maka itu pun tidak akan ditemui oleh orang-orang yang tidak mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya. Air dan minyak tidak mungkin akan menyatu dan bertemu. Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh Laylat Al-Qadr tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Tamu agung yang berkunjung ke satu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi itu, walaupun setiap orang di tempat itu mendambakannya. Bukankah ada orang yang sangat rindu atas kedatangan kekasih, namun ternyata sang kekasih tidak sudi mampir menemuinya? Demikian juga dengan Laylat Al-Qadr. Itu sebabnya bulan Ramadhan menjadi bulan kehadirannya, karena bulan ini adalah bulan penyucian jiwa, dan itu pula sebabnya sehingga ia diduga oleh Rasul datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Karena, ketika itu, diharapkan jiwa manusia yang berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya. Dan itu pula sebabnya Rasul saw. menganjurkan sekaligus mempraktekkan i'tikaf (berdiam diri dan merenung di masjid) pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.
Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Laylat Al-Qadr datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi saat qadr --dalam arti, saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya pada masa-masa mendatang. Saat itu, bagi yang bersangkutan adalah saat titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak, dan sejak saat itu, malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbit fajar kehidupannya yang baru kelak di hari kemudian. (Perhatikan kembali makna-makna Al-Qadr yang dikemukakan di atas!).
Syaikh Muhammad 'Abduh pernah menjelaskan pandangan Imam Al-Ghazali tentang kehadiran malaikat dalam diri manusia. Abduh memberikan ilustrasi berikut:
"Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk. Manusia seringkali merasakan pertarungan antara keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang itu menolak, atau yang ini berkata lakukan dan yang itu mencegah, demikian halnya sampai pada akhirnya sidang memutuskan sesuatu.
Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah setan atau paling tidak penyebab adanya bisikan tersebut adalah malaikat atau setan. Nah, turunnya malaikat, pada malam Laylat Al-Qadr, menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya berarti bahwa ia akan selalu disertai oleh malaikat sehingga jiwanya selalu terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Jiwanya akan selalu merasakan salam (rasa aman dan damai) yang tidak terbatas sampai fajar malam Laylat Al-Qadr, tetapi sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari kemudian kelak."
Di atas telah dikemukakan bahwa Nabi saw., menganjurkan sambil mengamalkan i 'tikaf di masjid dalam rangka perenungan dan penyucian jiwa. Masjid adalah tempat suci, tempat segala aktivitas kebajikan bermula. Di masjid, seseorang diharapkan merenung tentang diri dan masyarakatnya. Juga, di masjid, seseorang dapat menghindar dari hiruk-pikuk yang menyesakkan jiwa dan pikiran guna memperoleh tambahan pengetahuan dan pengayaan iman. Itulah sebabnya ketika melakukan i'tikaf, seseorang dianjurkan untuk memperbanyak doa dan bacaan Al-Quran, atau bahkan bacaan-bacaan lain yang dapat memperkaya iman dan ketakwaan.
Malam Al-Qadr, yang ditemui atau yang menemui Nabi pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia.
Dalam rangka menyambut kehadiran Laylat Al-Qadr itu yang beliau ajarkan kepada umatnya, antara lain, adalah melakukan i'tikaf. Walaupun i'tikaf dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu berapa lama saja --bahkan dalam pandangan Imam Syafi'i, walaupun hanya sesaat selama dibarengi oleh niat yang suci-- namun, Nabi saw. selalu melakukannya pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa.
Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah: Rabbana atina fi al-dunya hasanah, wa fi al-akhirah hasanah wa qina 'adzab al-nar (Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka). Doa ini bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, tetapi lebih-lebih lagi bertujuan untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan yang dimaksud, karena doa mengandung arti permohonan yang disertai usaha. Permohonan itu juga berarti upaya untuk menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia, tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak.
Kalau yang demikian itu diraih oleh manusia, maka jelaslah ia telah memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat. Karena itu, tidak heran jika kita mendengar jawaban Rasul saw. yang menunjuk kepada doa tersebut, ketika istri beliau 'A'isyah menanyakan doa apa yang harus dibaca jika ia merasakan kehadiran Laylat-Al-Qadr?
________________________________________
MEMBUMIKAN AL-QURAN
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
Dr. M. Quraish Shihab
Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996
Jln. Yodkali 16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038
mailto:mizan@ibm.net
Jumat, 04 September 2009
Mutiara Hikmah
Islam adalah akhlak yang mulia
الإسلام يعلو ولا يعلى عليه
Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya
الإنسان حيوان ناطق
Manusia adalah hewan yang berpikir
الإنسان محل الخطإ والنسيان
Manusia adalah tempat kesalahan dan lupa
أفة العلم النسيان
Kebinasaan ilmu disebabkan oleh lupa
ألا ان فى يد الشبان امر الأمة وفى اقدامها حياتهاِ
Ketahuilah bahwa di tangan pemudalah urusan ummat dan di kakinyalah kehidupannya
إجهدولا تكسل ولا تكن غافلا فالندامة عقبي لمن يتكاسل
Rajinlah dan jangan malas dan jangan pula menjadi orang yang lalai karena penyesalan itu adalah resiko bagi orang yang bermalas-malasan
أعن اخاك ولو بالصوت
Bantulah saudaramu walaupun hanya dengan suara
إن كنت جالست الرجال ذو النهى فاجلس اليهم بالكمال مؤدبا
Jika engkau belajar pada orang yang berilmu maka duduklah dengannya dengan sempurna dan beradab
أنظر الى ما قال ولا تنظر الى من قال
Lihatlah apa yang dia katakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan
إنما الأمم اخلاقهم ما بقيت فان هم ذهبت اخلاقهم ذهبوا
Sesungguhnya bangsa-bangsa akan langgeng selama mereka berakhlak dan jika akhlak mereka telah hilang maka merekapun akan lenyap
بادر الفرصة واحذر فوتها
Raihlah kesempatan itu dan dan hati-hatilah jangan sampai berlalu
بيضة اليوم خير من دجاجة الغد
Telur hari ini lebih baik dari pada ayam besok
ترجو النجاة ولم تسلك مسالكها فاعلم فإن السفينة لا تجرى على اليبس
Kamu mengharapkan kesuksesan tetapi kamu tidak menempuh jalannya, maka ketahuilah sesungguhnya perahu itu tidak berlayar di daratan
تعلم فليس المرء يولد عالما
Belajarlah karena tidak ada manusia yang dilahirkan pintar
التعلم في الصغر كالنقش على الحجر والتعلم فى الكبر كالنقش على الماء
Belajar di waktu kecil bagai melukis di atas batu dan belajar di waktu besar bagi melukis di atas air
أحبب حبيبك هوناً ما ، عسى أن يكون غضيبك يوماً ما واكره غضيبك هوناً ما ، عسى أن يكون حبيبك يوماً ما
Cintailah temanmu sewajarnya karena boleh jadi suatu hari dia menjadi musuhmu dan bencilah musuhmu sewajarnya karena boleh jadi suatu saat dia akan menjadi temanmu
الحلم سيد الأخلاق
Kearifan adalah penghulu akhlak
حياة الفتى بالعلم والتقى
Kehidupan seorang pemuda adalah dengan ilmu dan ketakwaan
الحياة كفاح
Hidup adalah sebuah perjuangan
الخط الجميل حلية الشباب
Tulisan yang indah adalah perhiasan pemuda
خير جليس فى الزمان كتاب
Sebaik-baik teman di setiap waktu adalah buku
سلامة الإنسان فى حفظ اللسان
Keselamatan seseorang tergantung pada pemeliharaan lidahnya
سوء الخلق يعدي
Akhlak yang buruk akan menular
شباب اليوم رجال الغد
Pemuda hari ini adalah tokoh masa depan
الشرف بالأدب لا بالنسب
Kemulian itu karena adab bukan karena keturunan
الصبر كالسبر مر فى مذاقته ولكن عواقبه أحلى من العسل
Kesabaran itu bak obat, pahit ketika ditelan tetapi akibatnya lebih manis dari madu
صديقك من ابكاك لا من أضحكك
Temanmu adalah yang membuatmu menangis bukannya membuatmu tertawa
العلم بلا عمل كشجرة بلا ثمرة
Ilmu tanpa pengamalan bagaikan pohon yang tidak berbuah
العلم فى الصدور لا فى السطور
Ilmu itu di dada bukan di tulisan
العلم نور ونور الله لا يهدى للعاصى
Ilmu itu bagaikan cahaya dan cahaya Allah tidak diperuntukkan bagi orang yang berdosa
عين الرضا عن كل عيب كليلة كما ان عين السخط تبدى المساوى
Pandangan yang didasarkan pada kerelaan akan selalu tumpul melihat sebuah cacat sebaliknya pandangan yang didasarkan pada kebencian akan selalu menangkap kesalahan.
قل الحق ولو كان مرا
Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit
قليل قر خير من كثير فر
Sedikit tetapi berbekas lebih baik dari pada banyak tetapi lenyap
الكلام ينفذ ما لا تنفذ الإبرة
Pebicaraan dapat menembus apa yang tidak ditembus oleh jarum
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
Seseorang dikatakan muslim apabila muslim yang lain selamat dari lidah dan tangannya
اللإعتماد على النفس اساس النجاح
Percaya diri adalah pangkal kesuksesan
لا تحتقر من دونك فلكل شئ مزيه
Janganlah engkau menghina orang yang lebih rendah dari kamu karena tiap-tiap sesuatu mempunyai kelebihan
لسان الحال خير من لسان المقال
Banyak berbuat lebih baik daripada banyak bicara
لن ترجع الأيام التى مضت
Takkan kembali hari-hari yang telah berlalu
لن تنال العلم إلا بستة ذكاء وحرص واجتهاد ومال وطول زمان وصحبة الاستاذ
Kamu takkan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara: pintar, tamak, rajin, harta, masa yang panjang, dan dekat dengan guru
لولا العلم لكان الناس كالبهائم
Seandainya bukan karena ilmu maka manusia itu seperti binatang
ليس الغنى عن كثرة المال ولكن الغنى غنى النفس
Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta tetapi kekayaan itu adalah kaya hati
ليس الفتى من يقول كان ابى ولكن الفتى من يقول هاأناذا
Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan inilah ayahku tetapi pemuda yang sebenarnya adalah yang mengatakan inilah aku
المؤمن القوي خير من المؤمن الضعيف
Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukmin yang lemah
المرء عدو ما جهل
Manusia adalah musuh terhadap apa yang ia tidak ketahui
من أحب شيأ اكثر ذكره
Siapa yang mencintai sesuatu pastilah ia banyak menyebutnya
من جد وجد
Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil
من حسن إسلام المرء تركه مالا يعنيه
Salah satu ciri orang islam yang baik ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berhubungan dengan dirinya
من حفر حفرة وقع فيه
Siapa yang menggali lubang maka ia pula yang akan jatuh didalamnya
من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الأخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم
Siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah ia memiliki ilmu dan barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah ia memiliki ilmu dan barang siapa yang menginginkana keduanya maka hendaklah memiliki ilmu
من سار علي الدرب وصل
Siapa yang jalan diatas jalannya maka sampailah ia
من شب على شئ شاب عليه
Siapa yang membiasakan sesuatu sejak dini maka sampai tua diapun akan demikian (kecil teranjak-anjak besar terbawa-bawa)
من صبر ظفر
Barang siapa yang bersabar maka beruntunglah ia
من طلب العلى سهر الليالى
Barang siapa yang ingin kemuliaan maka hendakllah ia begadang
من عرف بعد السفر استعد
Barang siapa yang mengetahui jauhnya perjalanan maka hendaklah ia bersiap-siap (sediakan payung sebelum hujan)
من عرف لغة قوم امن من مكرهم
Barang siapa yang mengetahui bahasa suatu kaum maka amanlah ia dari tipu daya mereka
من قل صدقه قل صديقه
Siapa yang kurang kejujurannya maka kurang pula temannya
من يزرع يحصد
Siapa yang menanam maka dia pulalah yang memetiknya (siapa yang menabur dialah yang menuai)
مودة الصديق تظهر وقت الضيق
Kecintaan seorang teman tampak di waktu kesempitan
الوقت أثمن من الذهب
Waktu itu lebih berharga daripada emas
الوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك
Waktu itu bagaikan pedang jika kamu tidak memotongnya maka ia akan memotongmu
وما اللذة إلا بعد التعب
Tiada kesenangan tanpa kelelahan (bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
من قول أبى نواس حين قربت اليه الوفاة :
إلهى لست للفردوس أهلا * ولا أقوى على نار الجحيم
فهب لى توبة واغفر ذنوبى * فإنك غافر الذنب العظيم
إلهى عبدك العاصى أتاك * مقرا بالذنوب وقد دعــــاك
وعمريى ناقص فى كل يوم * وذنب زائد كيف احتمـال
ذنوبى مثل أعداد الرمــال * فهب لى توبة ياذالـــــــجلال
فإن تغفر فأنت لذاك أهل * وإن تطرد فمن نرجو سواك
Cuplikan pengakuan Abu Nuwas ketika ajal menghampirinya
Ya Allah tiadalah pantas aku menghuni surgamu * tetapi sungguh akupun takkan kuat menahan api nerakamu
Ya Allah terimalah taubatku dan ampunilah segala dosaku * karena Engkaulah Yang Maha Pengampun
Ya Allah hambamu yang nista bersimpuh didepan-Mu * hamba yang telah berlumuran dosa namun tak malu memanggil nama-Mu
Usiaku makin berkurang setiap hari * namun dosaku makin bertambah hingga tak kuat lagi aku menanggungnya
Dosaku laksana butir-butir pasir yang tak terhingga * terimalah taubatku wahai Yang Memiliki segala kemuliaan
Jika Engkau mengampuni hambamu ini, maka memang itu kewenangan-Mu * tetapi jika Engkau tak sudi, maka kepada siapa lagi aku mengharap selain Kamu
Dr. Quraish Shihab Menjawab
1. Bagaimana hukumnya puasa bagi pekerja kuli
bangunan/pelabuhan, yang karena capek sering tidak puasa?
(HARYADI, Jl.Raya KKO Cilandak Gg.depot S Jakarta Selatan)
Mereka dapat tidak berpuasa dan cukup membayar fidyah. Ini
kalau sulit mendapat pekerjaan lain yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. Bagaimana hukumnya sedang berpuasa memasukkan obat melalui
mata, telinga, dan dubur (obat ambeien)? (REZA KURNIA,
Jl.Sidomukti Raya, Semarang)
Dalam madzhab Syafi’i, masuknya sesuatu dengan sengaja
walaupun kecil dan walau tak bisa dimakan ke dalam tubuh
melalui lubang masuk yang terbuka, seperti mulut, hidung,
telinga, “mulut kedua” saluran pengeluaran, kesemuanya itu
membatalkan puasa. Kecuali bila yang masuk lalat, nyamuk atau
debu. Memasukkan obat melalui mata tidak membatalkan puasa.
3. Ramadhan yang lalu saya masih berhutang puasa. Haruskah
diganti dua kali lipat, adakah hadis/keterangan mengenai hal
tersebut? (CINDY, Pamulang Ciputat Jakarta Selatan)
Tidak harus mengganti dua kali lipat; tidak ada hadis/dalil
yang mengharuskan demikian. Jadi, cukup mengganti sebanyak
hari Anda tidak berpuasa, tetapi mayoritas ulama mengharuskan
di samping mengganti juga membayar fidyah.
4. Saya mengalami mens tidak rutin. Sehari kering, sehari
kemudian keluar lagi. Dalam keadaan demikian, bagaimana puasa
saya? (SITI HUZAIMAH, Jl.Andera I/99 Pondok Labu Jakarta
Selatan)
Darah bulanan yang keluar kurang dari masa minimal haidh atau
lebih dari masa maksimal tidak dinilai haidh. Mayoritas ulama
menyatakan bahwa masa maksimal adalah lima belas hari. Nah,
jika yang Anda alami lebih dari masa itu, maka Anda boleh
berpuasa.
5. Sebelum puasa saya suntik KB. Bulan Puasa ini saya tidak
haidh, tapi keluar flek-flek hitam. Batalkah puasa saya? (AYU,
Jakarta Selatan)
Batal, jika flek tersebut keluar pada masa yang biasanya Anda
haidh.
6. Dalam sebuah riwayat, Rasul tidak pernah berjabat tangan
dengan wanita yang bukan mahramnya. Apakah riwayat itu benar
dan bagaimana sekarang ini banyak ulama, ustad, dan kyai yang
berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram? (AS FIRDAUS,
Jl.Zainul Arifin No.5 Malang Jawa Timur)
Berjabat tangan antara dua jenis kelamin yang bukan mahram
diperselisihkan hukumnya oleh ulama. Ada yang membolehkan
secara mutlak, ada juga yang menilainya makruh bila disertai
syahwat dan mentolelirnya bila tanpa syahwat, dan ada pula
yang dengan ketat melarangnya. Benar ada riwayat yang
menyatakan bahwa Rasul SAW tidak berjabat tangan dengan
wanita. Ulama yang berjabat tangan dengan yang bukan mahram
berpendapat bahwa sikap Rasul itu tidak menunjukkan larangan,
tetapi untuk sekedar menghindari syubhat dan ihtiyath
(berjaga-jaga).
7. Saya biasa salat malam sekitar pukul 02:30. Kebiasaan itu
berlanjut dalam bulan Ramadhan ini. Bagaimana niat saya ketika
mendirikan salat pada jam tersebut, niat tarawih atau tahajud?
(IBU MARLINA, Graha Indah A-11/5 Pondok Gede Bekasi)
Keduanya boleh. Saran saya tarawihlah dahulu, kemudian tahajud
walau satu rakaat dan akhiri dengan witir.
8. Bagaimana cara zakatnya orang yang berhutang kepada bank?
(ANISA, Padang Sumatera Barat)
Salah satu syarat wajib berzakat adalah kepemilikan penuh
terhadap harta. Dengan demikian hutang tidak dizakati, tetapi
merupakan kewajiban yang menghutangi (kreditor) untuk
mengeluarkan zakatnya saat ia menerima kembali uangnya.
9. Kapan tepatnya malam lailatul qadr, apa khasiat
(keistimewaannya) dan bagaimana cara mendapatkannya? (TEGUH
PRAYOGA, SMU Negeri 1 Pare Kediri Jawa Timur)
Tidak ada yang mengetahui waktunya secara tepat. Nabi SAW
menduga pada malam ganjil setelah 20 Ramadhan. Ia adalah malam
yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Untuk
mendapatkannya diperlukan kedamaian batin, dengan Allah,
sesama manusia, lingkungan dan diri sendiri. Yang bertemu
dengannya akan beroleh bimbingan malaikat hingga akhir
hidupnya.
10. Mana yang harus didahulukan puasa Syawal atau membayar
utang puasa Ramadhan? (ELI HANDAYANI, PT Tigaraksa Jakarta
Utara)
Kalau harus memilih maka membayar hutang puasa lebih dahulu,
karena ia wajib.
11. Bolehkah itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan dilakukan
di rumah, atau apakah harus di masjid? (RIDHWAN, Jl.Garnisun 1
No.4 Jakarta Selatan)
Itikaf harus dilakukan di masjid. Mazhab Abuhanifah
membolehkan wanita itikaf di mushala rumahnya.
12. Apakah puasa Syawal harus dilakukan berturut-turut mulai
dua Syawal, atau bagaimana seharusnya? (DENI, Jl.Widya Chandra
II/1 Jakarta)
Puasa Syawal tidak harus dilakukan berturut-turut, asalkan
selama dalam bulan Syawal.
13. Dokter menganjurkan orangtua saya yang baru dioperasi agar
tidak berpuasa. Apakah dengan demikian orangtua saya cukup
membayar fidyah atau mengganti puasa di lain waktu? Bagaimana
pahala salat tarawihnya karena beliau tidak puasa? (ABDULLAH,
Jakarta)
Jika sebab tidak berpuasa itu bersifat sementara, maka beliau
tidak harus membayar fidyah, cukup mengganti puasa, setelah
Ramadhan. Akan tetapi jika karena tua sehingga diduga tidak
akan dapat berpuasa lagi, maka cukup membayar fidyah saja.
Pahala tarawihnya Insya Allah diperolehnya.
14. Apakah yang lebih utama salat tarawih delapan rakaat atau
20 rakaat? Adakah keterangan yang menjelaskan keduanya?
(M.SADELI, Pintu II TMII/22 Lubang Buaya Jakarta Timur)
Salat tarawih delapan atau 20 rakaat keduanya mempunyai dasar.
Sedangkan keutamaan banyak ditentukan oleh kekhusyukan dan
kesempurnaan salat, bukan oleh bilangan rakaatnya.
15. Bagaimana hukumnya mendengar orang yang sedang
bergunjing? Apa tandanya orang yang mendapat lailatul qadr?
(ENI, Tebet Mas Indah A2 No.15 Jakarta Selatan)
Mendengar orang bergunjing dosa. Yang bergunjing itu hendaknya
ditegur atau ditinggalkan. Tanda yang mendapat lailatul qadr
antara lain hidupnya damai dengan semua pihak dan selalu
terdorong melakukan kebajikan.
16. Bagaimana hukumnya puasa bagi pekerja kuli
bangunan/pelabuhan, yang karena capek sering tidak puasa?
(HARYADI, Jl.raya KKO Cilandak Gg.depot S Jakarta Selatan)
Mereka dapat tidak berpuasa dan cukup membayar fidyah. Ini
kalau sulit mendapat pekerjaan lain yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
17. Bagaimana hukumnya sedang berpuasa memasukkan obat melalui
mata, telinga, dan dubur (obat ambeien)? (REZA KURNIA,
Jl.Sidomukti Raya, Semarang)
Dalam madzhab Syafi’i, masuknya sesuatu dengan sengaja
walaupun kecil dan walau tak bisa dimakan ke dalam tubuh
melalui lubang masuk yang terbuka, seperti mulut, hidung,
telinga, “mulut kedua” saluran pengeluaran, kesemuanya itu
membatalkan puasa. Kecuali bila yang masuk lalat, nyamuk atau
debu. Memasukkan obat melalui mata tidak membatalkan puasa.
18. Ramadhan yang lalu saya masih berhutang puasa. Haruskah
diganti dua kali lipat, adakah hadits/keterangan mengenai hal
tersebut? (CINDY, Pamulang Ciputat Jakarta Selatan)
Tidak harus mengganti dua kali lipat; tidak ada hadits/dalil
yang mengharuskan demikian. Jadi, cukup mengganti sebanyak
hari anda tidak berpuasa, tetapi mayoritas ulama mengharuskan
disamping mengganti juga membayar fidyah.
19. Kalau di bulan puasa main kartu remi pakai uang monopoli,
dosa tidak? (AYUDIAH, Kompleks TVRI Blok D2 No.14 Jakarta)
Tidak dosa. Tetapi itu menyianyiakan kesempatan emas, makruh,
dan anda mendapat ganjaran jika menolak ajakan bermain remi.
20. Apa dasarnya melaksanakan salat witir tiga rakaat dengan
dua salam? (HANAFI, Jl.Kalimantan No.14 Cinere Jakarta
Selatan)
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban menyatakan
bahwa beliau salat witir tiga rakaat dan memisahkan yang genap
dan yang ganjil.
21. Mana yang benar mengirim doa atau mendoakan yang sudah
meninggal? Saya tidak pernah berziarah ke makam Bapak/Ibu,
dosakah saya? (KUSMIYATI, Jl.Hemat Daan Mogot Jakarta Barat)
Yang benar mendoakan yang meninggal. Anda berdosa/kurang setia
kepada orangtua jika tidak pernah berziarah, mendoakan pun
tidak. Yang wafat sangat mendambakan doa yang hidup.
22. Saya mengalami mens tidak rutin. Sehari kering, sehari
kemudian keluar lagi. Dalam keadaan demikian, bagaimana puasa
saya? (SITI HUZAIMAH, Jl.Andera I/99 Pondok Labu Jakarta
Selatan)
Darah bulanan yang keluar kurang dari masa minimal haidh atau
lebih dari masa maksimal tidak dinilai haidh. Mayoritas ulama
menyatakan bahwa masa maksimal adalah lima belas hari. Nah,
jika yang anda alami lebih dari masa itu, maka anda boleh
berpuasa.
23. Sebelum puasa saya suntik KB. Bulan puasa ini saya tidak
haidh, tapi keluar flek-flek hitam. Batalkah puasa saya? (AYU,
Jakarta Selatan)
Batal, jika flek tersebut keluar pada masa yang biasanya anda
haidh.
Rabu, 02 September 2009
Tuhan, Aku Jujur….
keterasingan di Dunia yang tak seindah bayangan dipelupuk mataku...bayangan yang hadir dalam setiap mimpi gelapku...di setiap gelap itu ada seberkas cahaya yang selalu menghampiriku...aku ragu dan tak tau...seberapa besar cinta yang harus kutitipkan buatnya...aku takut Tuhan engkau mengjauhiku...
Aku tak bisa bohong...!!!
Aku selalu mencari dan mencari sesuatu yang hilang dalam jiwaku...kuhampiri dan kubercerita...hanya tulisan tanpa suara...
Jemariku sibuk...tatapanku jauh menembus perut bumi...pikiranku menerawan terbang bebas...
di mana kau waktu??...katanya akan mengantarkan aku padanya...menyampaikan salam rinduku...
Apa perlu kaki ini yang melangkah??...bibir ini berucap??...atau hanya sekedar isyarat hati??...
Dia tidak mungkin bisa mengerti apa yang kurasakan...manusia asing yang datang mengusik kehidupannya...meminta cintanya...cinta yang sudah dititipkan pada orang...orang selain aku...
Bodohka aku...atau memang takdirku berkata demikian...atau aku yang tidak mengerti...mengerti betapa dunia ini hanya janji semu...
Tuhan...sekali lagi aku mengaduh kepadaMU...jika memang dia bukan titipanMu kepadaku...hilangkan lingkaran perasaan ini...beri sedikit cahayaMu...jamah hatiku dengan kasih sayangMu...agar kutak ragu menuju ridhaMu...
Tuhan...jika sekiranya dia titipanMu kepadaku...hilangkan pikiran keraguanku...Dari bisikan syaitan yang biasa bersembunyi...tancapkan keyakinan itu...sampai tiba saat yang Engaku inginkan...
Tuhan...kehendakMu adalah segalanya...rencanaMu itulah yang terjadi...keinginanMu pastilah nyata...janjiMu tak diragukan lagi...
Satu yang aku yakini ya Allah...perasaan yang Engkau titipkan kepadaku...bukan sekedar perasaan yang hanya datang dan akan berlalu begitu saja...meski kuharus bersusahpayah melewatinya...karna kutau Engkau Maha Mengerti...Mengerti tidak akan membebaniku sesuatu yang tidak aku sanggupi...
Sebenarnya, aku malu Tuhan...apa yang aku miliki...apa yang aku minta...dan apa yang aku persembahkan...semuanya milikMu...
Hambamu yang lemah ini harus bermohon kepadaMu...titipi rasa cinta dihatiku dan dihatinya tidak melebihi cintaku dan cintanya kepadaMu...
Hanya kepadaMu aku bermohon dan hanya kepadaMulah aku meminta pertolongan...
itulah yang aku pikirkan Tuhan hmm...It’s very beautiful over there....